3 LANGKAH MENYIAPKAN ANAK UNTUK MENJADI KAKAK
Banyak yang nanya ke saya dan suami ketika adik udah lahir, "Kakaknya iri nggak?", atau "Kapan sih waktu yang tepat buat punya anak kedua?". Berdasarkan pengalaman saya dan suami (yang baru 4 bulan ini punya anak kedua), ada beberapa hal yang bisa kok kita siapin sebelum merencanakan kehamilan kedua ini. Terutama menyiapkan "kondisi" sang kakak ya. Karena nggak jarang saya diceritain banyak orang tentang si kakak yang marah-marah ngeliat adiknya, bete pas orangtuanya ngurusin si adik atau bahkan sampe nggak mau ngeliat adiknya karena ngerasa benci banget posisinya tergantikan oleh si adik.
Trus gimana dong caranya kita menyiapkan diri buat kondisi ini?
1. Buat saya dan suami, sebelum kami merencanakan untuk memiliki anak kedua, kami sudah berkomitmen untuk benar-benar memaksimalkan perhatian kami ke kakak. Terutama setahun sebelum saya hamil kemarin, saya mutusin buat resign dari kantor dan fokus pada anak dan bisnis. Jadi saya ngerasa, pas kerja kemarin, saya kok kurang maksimal ya ngurus anaknya. Waktu yang dihabiskan sama anak juga dikit banget. Kalau dihitung, hampir sepertiga waktu saya buat kerja. Titik baliknya pas anak ngerasa biasa aja waktu saya tinggal tugas beberapa hari ke luar kota/ ke luar negeri. Enak sih santai, tapi jadinya miris. Nah ini yang bikin saya mikir, oke, sekarang saatnya menghabiskan waktu lebih banyak sama kakak yang waktu itu baru 3 tahun. Akhirnya itu jalan yang kami pilih. Kami meluangkan waktu lebih banyak sama kakak, lebih mendengarkan kakak, ikut berpartisipasi sama acara sekolah kakak, sampai (akhirnya) sempat membuat berbagai mainan edukatif sendiri berdua dengan kakak. Intinya, buat kakak merasa diperhatikan secara penuh dahulu sebelum kita memutuskan untuk "mengenalkan" konsep adik kepadanya.
2. Introduction yang panjang tentang konsep saudara dan adik hingga dia merasa, oke, aku butuh dan mau punya adik. Sering mengajak kakak bertemu sepupunya yang lebih kecil, atau datang ke rumah dengan anggota keluarga yang ada kakak dan adiknya membuat kami secara tidak langsung mengajak kakak untuk mengenal konsep saudara dan arti kakak adik. Saya ingat, kakak sendiri yang kemudian akhirnya bertanya, "kok kakak nggak punya adik?", setelah melihat sepupunya punya kakak dan adik yang bermain bersama (termasuk sahabat kakak yang tinggal di sebelah rumah kami yang juga punya adik). Akhirnya saya merasa ini kesempatan kami untuk "masuk" dan mengenalkan konsep adik dan betapa menyenangkannya memiliki saudara. Lama kelamaan, kakak sendiri yang minta ke kami untuk punya adik. Lalu gimana kami menjawabnya? Simpel, karena sudah mengenalkan kakak tentang adik yang datang dari Allah, kami pun mengajak kakak untuk berdoa ke Allah agar segera diberi adik. Dan setiap malam, inilah yang kakak lakukan sebelum tidur, berdoa minta adik ke Allah hehe...
3. Setelah hamil adik, saya dan suami makin bersemangat untuk mengenalkan kakak ke adiknya yang ada di dalam perut. Bercerita tentang perkembangan si adik, mengajaknya "menemui" adiknya saat ke dokter dan USG, sampai melibatkan kakak untuk jadi bagian dalam "penyambutan" adik. Di langkah ini, kami juga tidak lupa untuk tetap meyakinkan kakak, bahwa meski nanti adiknya udah lahir, kakak tetap anak kami yang sangat sangat sangat kami sayangi. Ini penting, agar nantinya kakak tidak iri ketika di awal setelah kelahiran, kami akan menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengurus adik. Buat kakak merasa dia tidak ditinggalkan. Jaminan ini yang akan membuat dia tenang dan merasa "aman" hingga siap menyambut kelahiran adiknya.
Panjang ya? hahaha... semoga nggak lelah bacanya. Tapi beneran deh, keliatannya simpel, namun persiapan ini memang memakan waktu yang sangat-sangat panjang. But still, hasil nggak membohongi usaha ya. Alhamdulillah kakak excited banget dengan kelahiran adiknya, dan sampai sekarang, alhamdulillah nggak sampai heboh drama mencari perhatian kami sampai marah atau tantrum. Bahkan kakak sangat nikmatin perannya sebagai kakak dan selalu heboh ingin jadi asisten saya saat mengurus adik dengan membantu menyiapkan segala kebutuhan adiknya.
Oya satu lagi, setelah adik lahir, sesibuk dan selelah apapun kami, tetap kami berkomitmen untuk membuat waktu berduaan dengan kakak. Seperti abinya yang beberapa kali mengajak kakak ngedate nonton bioskop berdua, atau saya yang sering mengajak kakak jalan berduaan aja walaupun sekedar belanja sayur (she loves picking veggies!), ke minimart terdekat atau bahkan cuma muterin komplek aja. Intinya, balik ke nomer 3 tadi ya, beri rasa aman ke kakak kalau dia bukan digantikan oleh kehadiran adiknya.
Selamat mencoba tipsnya!
Photo source: librestock
Trus gimana dong caranya kita menyiapkan diri buat kondisi ini?
1. Buat saya dan suami, sebelum kami merencanakan untuk memiliki anak kedua, kami sudah berkomitmen untuk benar-benar memaksimalkan perhatian kami ke kakak. Terutama setahun sebelum saya hamil kemarin, saya mutusin buat resign dari kantor dan fokus pada anak dan bisnis. Jadi saya ngerasa, pas kerja kemarin, saya kok kurang maksimal ya ngurus anaknya. Waktu yang dihabiskan sama anak juga dikit banget. Kalau dihitung, hampir sepertiga waktu saya buat kerja. Titik baliknya pas anak ngerasa biasa aja waktu saya tinggal tugas beberapa hari ke luar kota/ ke luar negeri. Enak sih santai, tapi jadinya miris. Nah ini yang bikin saya mikir, oke, sekarang saatnya menghabiskan waktu lebih banyak sama kakak yang waktu itu baru 3 tahun. Akhirnya itu jalan yang kami pilih. Kami meluangkan waktu lebih banyak sama kakak, lebih mendengarkan kakak, ikut berpartisipasi sama acara sekolah kakak, sampai (akhirnya) sempat membuat berbagai mainan edukatif sendiri berdua dengan kakak. Intinya, buat kakak merasa diperhatikan secara penuh dahulu sebelum kita memutuskan untuk "mengenalkan" konsep adik kepadanya.
2. Introduction yang panjang tentang konsep saudara dan adik hingga dia merasa, oke, aku butuh dan mau punya adik. Sering mengajak kakak bertemu sepupunya yang lebih kecil, atau datang ke rumah dengan anggota keluarga yang ada kakak dan adiknya membuat kami secara tidak langsung mengajak kakak untuk mengenal konsep saudara dan arti kakak adik. Saya ingat, kakak sendiri yang kemudian akhirnya bertanya, "kok kakak nggak punya adik?", setelah melihat sepupunya punya kakak dan adik yang bermain bersama (termasuk sahabat kakak yang tinggal di sebelah rumah kami yang juga punya adik). Akhirnya saya merasa ini kesempatan kami untuk "masuk" dan mengenalkan konsep adik dan betapa menyenangkannya memiliki saudara. Lama kelamaan, kakak sendiri yang minta ke kami untuk punya adik. Lalu gimana kami menjawabnya? Simpel, karena sudah mengenalkan kakak tentang adik yang datang dari Allah, kami pun mengajak kakak untuk berdoa ke Allah agar segera diberi adik. Dan setiap malam, inilah yang kakak lakukan sebelum tidur, berdoa minta adik ke Allah hehe...
3. Setelah hamil adik, saya dan suami makin bersemangat untuk mengenalkan kakak ke adiknya yang ada di dalam perut. Bercerita tentang perkembangan si adik, mengajaknya "menemui" adiknya saat ke dokter dan USG, sampai melibatkan kakak untuk jadi bagian dalam "penyambutan" adik. Di langkah ini, kami juga tidak lupa untuk tetap meyakinkan kakak, bahwa meski nanti adiknya udah lahir, kakak tetap anak kami yang sangat sangat sangat kami sayangi. Ini penting, agar nantinya kakak tidak iri ketika di awal setelah kelahiran, kami akan menghabiskan waktu lebih banyak untuk mengurus adik. Buat kakak merasa dia tidak ditinggalkan. Jaminan ini yang akan membuat dia tenang dan merasa "aman" hingga siap menyambut kelahiran adiknya.
Panjang ya? hahaha... semoga nggak lelah bacanya. Tapi beneran deh, keliatannya simpel, namun persiapan ini memang memakan waktu yang sangat-sangat panjang. But still, hasil nggak membohongi usaha ya. Alhamdulillah kakak excited banget dengan kelahiran adiknya, dan sampai sekarang, alhamdulillah nggak sampai heboh drama mencari perhatian kami sampai marah atau tantrum. Bahkan kakak sangat nikmatin perannya sebagai kakak dan selalu heboh ingin jadi asisten saya saat mengurus adik dengan membantu menyiapkan segala kebutuhan adiknya.
Oya satu lagi, setelah adik lahir, sesibuk dan selelah apapun kami, tetap kami berkomitmen untuk membuat waktu berduaan dengan kakak. Seperti abinya yang beberapa kali mengajak kakak ngedate nonton bioskop berdua, atau saya yang sering mengajak kakak jalan berduaan aja walaupun sekedar belanja sayur (she loves picking veggies!), ke minimart terdekat atau bahkan cuma muterin komplek aja. Intinya, balik ke nomer 3 tadi ya, beri rasa aman ke kakak kalau dia bukan digantikan oleh kehadiran adiknya.
Selamat mencoba tipsnya!
Photo source: librestock
Posting Komentar untuk "3 LANGKAH MENYIAPKAN ANAK UNTUK MENJADI KAKAK"